Mengikuti contoh pendahulunya, Singhasari, Majapahit didasarkan pada pengembangan pertanian dan perdagangan maritim skala besar. Menurut Ancientworlds.net: “Di mata orang Jawa, Majapahit mewakili sebuah simbol: kerajaan agraris konsentris besar yang mengandalkan basis pertanian yang kokoh. Lebih penting lagi, ini juga merupakan simbol dari klaim pertama Jawa atas keunggulan di Kepulauan Melayu, bahkan jika yang disebut anak sungai Majapahit, lebih sering daripada tidak, tempat-tempat yang dikenal oleh orang Jawa pada periode itu daripada ketergantungan yang sebenarnya.
Kerajaan Majapahit menjadi terkenal selama pemerintahan Hayam Wuruk dari 1350 sampai 1389. Perluasan wilayahnya dapat dikreditkan kepada komandan militer yang brilian Gajah Mada, yang membantu kerajaan mengklaim kendali atas sebagian besar nusantara, menggunakan kekuasaan atas kerajaan yang lebih kecil dan mengekstraksi perdagangan hak dari mereka. Setelah kematian Hayam Wuruk pada tahun 1389, kerajaan mulai mengalami penurunan yang stabil.
Kerajaan Majapahit bukannya tanpa intrik. Gajah Mada membantu mengalahkan pemberontak yang membunuh Raja Jayanegara dan kemudian mengatur pembunuhan raja setelah raja mencuri istri Gajah Mada. Putra dan penerus Wijaya, Jayanegara terkenal karena perbuatan amoral. Salah satu tindakan dosanya adalah menjadikan saudara tirinya sendiri sebagai istri. Dia diberi judul Kala Gemet, atau “penjahat lemah”.
Pada tahun 1328 M, Jayanegara dibunuh oleh dokternya, Tantja. Ibu tirinya, Gayatri Rajapatni, seharusnya menggantikannya, tetapi Rajapatni pensiun dari istana untuk menjadi seorang bhiksuni (seorang biksu perempuan Buddha) di sebuah biara. Rajapatni mengangkat putrinya, Tribhuwana Wijayatunggadewi, atau dikenal dengan nama resminya sebagai Tribhuwannottungadewi Jayawishnuwardhani, sebagai ratu Majapahit di bawah naungan Rajapatni. Selama pemerintahan Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang lebih besar dan menjadi terkenal di daerah tersebut. Tribhuwana memerintah Majapahit sampai ibunya meninggal pada 1350 M. Dia digantikan oleh putranya, Hayam Wuruk.
Di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk, rakyat Majapahit hidup aman dan tenteram. Hayam Wuruk sangat memperhatikan rakyatnya. Keamanan dan kemakmuran rakyat diutamakan. Untuk itu dibangun jalan-jalan dan jembatan- jembatan. Dengan demikian lalu lintas menjadi lancar.
Hal ini mendukung kegiatan keamanan dan kegiatan perekonomian, terutama perdagangan. Lalu lintas perdagangan yang paling penting melalui sungai. Misalnya, Sungai Bengawan Solo dan Sungai Brantas.
Akibatnya desa-desa di tepi sungai dan yang berada di muara serta di tepi pantai, berkembang menjadi pusat-pusat perdagangan. Hal itu menyebabkan terjadinya arus bolak-balik para pedagang yang menjajakan barang dagangannya dari daerah pantai atau muara ke pedalaman atau sebaliknya.
Bahkan di daerah pantai berkembang perdagangan antar daerah, antar pulau, bahkan dengan pedagang dari luar.Kemudian timbullah kota-kota pelabuhan sebagai pusat pelayaran dan perdagangan.
Beberapa kota pelabuhan yang penting pada zaman Majapahit, antara lain Canggu, Surabaya, Gresik, Sedayu, dan Tuban. Pada waktu itu banyak pedagang dari luar seperti dari Cina India, dan Siam.
Adanya pelabuhan-pelabuhan tersebut mendorong munculnya kelompok bangsawan kaya. Mereka menguasai pemasaran bahan-bahan dagangan pokok dari dan ke daerah- daerah Indonesia Timur dan Malaka.
Kegiatan pertanian juga dikembangkan. Sawah dan ladang dikerjakan secukupnya dan dikerjakan secara bergiliran. Hal ini maksudnya agar tanah tetap subur dan tidak kehabisan lahan pertanian. Tanggul-tanggul di sepanjang sungai diperbaiki untuk mencegah bahaya banjir.
Di bidang ekonomi, Hayam Wuruk menaruh perhatian pada pertanian dan perdagangan dengan menjadikan Tuban sebagai salah satu pusat perdagangan Majapahit. Berdasarkan berita Cina bernama Wng Ta-Yuan yang menggambarkan pulau Jawa yang padat penduduknya, tanahnya subur dan banyak menghasilkan padi, lada, garam, kain, dan burung kakatua yang semuanya merupakan barang ekspor. Hayam Wuruk berusaha untuk menyejahterakan rakyatnya dengan membuat saluran pengairan, pembuatan bendungan, dan pembukaan tanah baru untuk perladangan.